EPS 15: Vaksin, Penting Enggak Sih?
Fiuh.. Akhirnya gue bisa upload lagi sesuai jadwal.
Kemaren gue dapet protes dari para kaum malam minggu dirumah.
"Kak, ayo upload lagi sesuai jadwal!" Kata pembaca.
"Kak, kakak kemana?" Timpal salah satunya.
"Kak, kakak udah punya pacar yah? ngelupain kita semua?" Kata yang baru dateng.
Oke-oke, ini udah berlebihan.
Tenang-tenang, pasti gue akan kembali. Hahahaha.
3..2..1! EKSYEN!
Kita sebagai warga negara yang baik, harus ikut anjuran dari pemerintah. Termasuk saat pandemi seperti ini. Semuanya harus serba jaga jarak dan jaga kesehatan. Program kesehatan pun tidak luput harus kita laksanakan. Termasuk ikut vaksinasi.
Beberapa waktu lalu, sebagai warga negara yang baik, akhirnya gue memutuskan untuk ikut vaksin. Setelah pusing sampe kejang-kejang mikirin jarum suntik, gue inget kata-kata orang dulu: "Tenang aja, rasanya sama kayak digigit semut kok." Padahal, digigit semut kan lumayan sakit yak. Entah kenapa gigitan semut itu terlalu diremehkan, sampe-sampe gue nemu semut yang lagi bete karena diremehin sama makanannya. Ada ada aja.
Gue mengikuti proses vaksinasi di Jakarta bersama keluarga. Tetapi bokap nyokap enggak ikut vaksin, karena udah duluan. Tersisa gue dan adek-adek aja. Kalo dipikir-pikir, memang agak jauh dari tempat gue. Tapi berhubung ada aksesnya, gue pun enggak mau rugi. Walaupun masih tetep mikirin jarum suntik, gue pengen sehat juga. Jadi enggak terlalu masalah. Toh yang penting meminimalisasi terkena penyakit. Jujur, kena penyakit itu sangat amaattt.. enggak enak.
Setelah melewati berbagai jalan dan lika-liku, akhirnya gue sampe juga. Tempatnya kalau enggak salah ada di Kuningan, dan gedungnya cukup tinggi. Gue sampai disana, disuruh duduk dan mengisi berbagai macam formulir. Sampai akhirnya disuruh ke depan dan naik ke lantai tiga. Disaat itu yang gue lihat, banyak ruangan yang sepi karena memang efek dahsyatnya pandemi ini.
Sampai akhirnya dilantai tiga, disuruh nunggu lagi. Huft.
Bocil: "Cie nunggu mulu, enggak jadian-jadian."
Gue: "Iyeh cil, pulang dulu gih lo. Daripada gue suruh milih sendal kanan atau kiri.":*senyuman paksa
Akhirnya dia lari ketawa-ketawa, mana kaki gue diinjek lagi. Nanti kalo dia balik lagi, pilihan akan lebih bervariasi, piring dan gelas juga bisa.
Enggak lama kemudian, nama gue dipanggil, dan pertama-tama tangan gue dilingkarin sama sebuah alat gitu untuk dipompa. Gue enggak tahu namanya. Enggak tahu tujuannya, cuma nurut aja. Hehehe.
Setelah itu, baru lanjut ke proses vaksinasi. Vaksin yang digunakan disini adalah Sinovac. Di antara banyaknya vaksin, gue enggak tahu apa perbedaannya dan efek sampingnya. Disaat itu yang gue pikirin cuma sampai rumah dan tidur. Jiwa rebahanku mulai bergejolak.
Seusai vaksin, gue langsung pulang.
Lo ada efek samping enggak?
Enggak sih jujur aja, sampai vaksin kedua sama aja. Paling cuma pusing sedikit dimobil sehabis vaksin pertama. Cuma gue tahan aja, itupun enggak lama. Sedikit ngantuk juga. Tapi badan gue jadi enakan.
Menurut lo vaksinasi penting enggak?
Penting banget sih. Pastinya.
Selain berguna buat kesehatan diri sendiri, juga bermanfaat buat orang lain. Agar sama-sama bisa meminimalisasi terkena dampak dari Covid 19. Temen gue juga cerita bahwa kena Covid itu enggak enak. Sama sekali enggak. Demam dan batuk pileknya cukup mengganggu.
Kalo memang kita mau beraktivitas seperti biasa..
AYO LAH VAKSIN.
Lagipula ini bermanfaat juga untuk diri lo. Badan kita enggak sekelas Ultraman, jadi bisa kena penyakit kapan aja dan dimana aja.
Ekhem, ekhem. Cukup suara gue untuk teriak hari ini..
Bocil: "Hebat juga lo bang, disuntik enggak nangis."
Gue: "Iyalah.. masa iya laki-laki super jantan kayak gue nangis."
Bocil: "Tapi gue nemu dompet ada kartu pelajar lo bang. Kalo gue bawa pulang lo nangis enggak?"
Siall! Pantesan dompet gue menghilang dari peradaban! Mana dia nginjek lagi kaki gue!
Dah dah, gue mau ngejar dulu Si Bocil. Memang tidak diragukan lagi betapa nyebelinnya dia.
Jangan lupa bernafas.
Komentar
Posting Komentar